
Tak dipungkiri, Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi dengan berbagai jenis ekosistem. Karst merupakan salah satu ekosistem yang unik dan terbentuk dari proses pelarutan batuan penyusunnya. Proses pelarutan yang terjadi secara konsisten akan menciptakan ekosistem baru berupa gua, sehingga karst memiliki dua lingkungan yakni di dalam gua (endokarst) dan kehidupan luar gua (exokarst). Lingkungan gua terbentuk di bawah permukaan tanah, cahaya matahari tidak dapat masuk sehinggga lingkungan ini relative gelap dan lembab. Batasan ini yang kemudian menjadikan linkungan gua unik, karena tidak semua oraganisme dapat hidup dan beradaptasi di dalamnya.
Heteropoda merupakan salah satu genus laba-laba yang bisa dan mampu hidup di dalam gua. tidak hanya ditemui di dalam gua, sebagian besar dari jenisnya dapat ditemui di luar gua (Norgaard, 2005). Secara umum cukup sulit untuk membedakan jenis Heteropoda spp. yang di dalam gua dan yang di luar gua secara morfologi. Hal ini dikarenakan jenis Heteropoda spp. belum mengalami perubahan secara signifikan pada sisi morfologi. Oleh karena itu identifikasi secara molekular dengan DNA barcoding menggunakan gen mitokondria Cytochrome Oxidase sub-unit I (COI) sangat dibutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan susunan DNA antara laba-laba yang hidup didalam gua dengan yang ada di luar lingkungan gua. Adapun tujuan lainya adalah untuk menambah database keanekaragaman jenis yang ada di Indonesia kususnya di daerah kawasan Karst Sangkulirag dan Mangkalihat Kalimantan Timur.
Penelitian dilakukan ada empat sampel laba-laba yang dikoleksi dari empat gua yang ada di kawasan Karst Sangkulirang dan Mangkalihat Kalimantan Timur. Hasil analisa molekular munjukkan bahwa keempat sampel memiliki tingkat kemiripan tertinggi dengan Heteropoda venatoria di GeneBank, yakni 91%. Nilai similaritas suatu sekuen dapat dikatakan dalam satu spesies berkisar 100-98% (Yang et al.,2014), sehingga dapat dikatakan bahwa laba-laba gua yang dikoleksi menindikasikan jenis yang berbeda dan belum masuk dalam database di genebank. Berdasarkan jarak genetik salah satu sampel dengan kode Heteropoda-2 memiliki jarak cukup jauh dibandingkan tiga sampel yang lain. Hasil serupa juga diperkuat dengan hasil rekontruksi pohon filogeni, dimana sampel dengan kode Heteropoda-2 memisah dari tiga sampel dan membentuk clade sendiri. Hal ini mengindikasikan adanya proses perubahan secara genetik menuju jenis baru.
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa biota gua memiliki keunikan dalam hal keanekaragaman jenis dan kemampuan adaptasi untuk dapat hidup dilingkungan yang sangat spesifik. Hal ini yang menjadikan setiap biota gua memiliki keunikan tinggi disetiap gua. Penelitian yang berkelanjutan sangat penting untuk dilakukan, mengingat potensi tinggi akan keanekaragaman jenis biota gua yang masih belum banyak terungkap. Kegiatan penelitian seperti ini juga merupakan salah satu usaha efektif untuk dapat memberikan perlindungan terhadap lingkungan gua dari pengerusakan lingkungan karst akibat kegitan manusia (Lukman Hakim).